Viagra, Levitra, Cialis "OBAT KUAT PRIA". Investasi pada sektor obat resep sangat menggiurkan apalagi kalau segmennya adalah pengobatan disfungsi ereksi (DE). Setiap tahun, pasarnya selalu naik secara signifikan dan tak lekang dimakan krisis. Justru, bisa jadi, pada saat krisis semakin banyak orang kehilangan daya seksualnya.
Menurut hasil penelitian yang diperoleh Massachusetts Male Aging Study (MMAS) pada 1994,
di seluruh dunia ada lebih dari separuh pria yang berusia 40-70 tahun mengalami DE. Yang dimaksud DE adalah ketidakmampuan seorang pria baik secara konsisten atau berulang untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup. Bagi industri farmasi, penelitian di atas seperti penemuan tambang emas. Semua berlomba-lomba menemukan formula yang conggih untuk mengeruk emas tersebut.
Para Pemain Utama Sekitar 13 tahun yang lalu, pada 1998, perusahaan farmasi dari Amerika, Pfizer menemukan formula pertamanya lewat Viagra. Sebagai pioner, Viagra melakukan promosi dengan gencar ke para dokter. Langkah tersebut pada saat ini sudah membuahkan hasil. Penjualannya di seluruh dunia pada 2002 mencapai 1,4 miliar dolar AS atau di atas Rp 12 triliun!
Di Indonesia pun, Viagra sudah menjadi generik untuk obat impotensi, mirip dengan aqua yang sudah menjadi generik untuk produk air mineral di Indonesia. Bisa dikatakan seluruh dokter di Indonesia sudah tahu dengan khasiat Viagra. Malahan, meski tak boleh berpromosi di televisi, di lapak-lapak tempat penjualan obat kuat, Viagra mudah ditemukan.
Saat ini, menurut Shanti Shamdasani, Senior Manager Public Affairs PT Pfizer Indonesia, Viagra sudah diresepkan oleh lebih dari 600.000 dokter di seluruh dunia. Jumlah pria yang mengonsumsinya lebih dari 23 juta orang. Bayang kan berapa untung yang ditanggung Pfizer dan wajar saja kalau banyak produsen farmasi yang tergiur dan mencoba mengadu untung untuk melawan sang pionir.
Kesuksesan Viagra tak menyurutkan langkah perusahaan farmasi lain menemukan formula tandingan, bahkan justru membuat mereka semakin bersemangat. Namun, baru tahun lalu muncul pesaingnya. Levitra yang diproduksi oleh Bayer. Belum cukup 6 bulan berselang hadir pemain baru Cialis yang di produksi oleh Elly Lily.
Bagi konsumen, kehadiran Cialis dan Levitra tentu menguntungkan. Kenapa? Pertama, tidak terjadinya monopoli obat DE oleh Viagra. Kedua, ketiga produsen akan berlombalomba untuk memberikan benefit bagi konsumennya, entah dari harganya atau khasiatnya untuk menarik minat konsumen.
Sekarang, sebagai konsumen atau calon konsumen, ada baiknya Anda mengetahui apa kelebihan dan kekurangan masing-masing pemain. Jadi, Anda bisa memilih obat yang lebih cocok, tak hanya manggut ketika dokter menuliskan resep.
Mekanisme Kerja
Ketiga obat memiliki mekanisme kerja yang sama yaitu menghambat enzim pospodiesterase(PDE-5) yaitu suatu enzim yang terdapat di di korpus kavernosum (bagian dalam) penis. Sehingga pembuluh darah menjadi kendur dan aliran darah di daerah tersebut meningkat dan terjadilah ereksi.
Saat launching tahun lalu, Thomas Runkel, General Manager Bayer Healthcare Indonesia, produsen Levitra, mengatakan bahwa obatnya murni bekerja di PDE-5, hanya sedikit efek menghambatnya pada PDE-6. Jika PDE-6 terusik terjadilah gangguan penglihatan blue vision (nuansa biru). Viagra diketahui berefek pada PDE-6 juga pada PDE-11 yang bisa menyebabkan efek samping seperti backpain (nyeri punggung).
Menanggapi hal tersebut, Shanti mengatakan Levitra sebagai PDE-5 juga seperti itu, menghambat pada PDE-3, PDE-6 dan PDE-11 . "Efek blue vision pada pemakaian Viagra sangat jarang dilaporkan dan kalaupun ada sifatnya reversibel, lalu efek samping low backpain hampir tidak pernah ditemukan," ujar Shanti.
Sedangkan Cialis mempengaruhi PDE-11 sehingga menyebabkan nyeri otot, nyeri punggung dan berpengaruh juga terhadap sperma.
Durasi Kerja
Produk baru, Cialis dengan bahan dasar tadalafil, memiliki durasi kerja yang lebih panjang dari dua pendahulunya, yaitu 36 jam. Hal itu terjadi karena perbedaan kandungan Farmakokinetik Cialis dengan Viagra dan Levitra, demikian menurut Prof. Ganesan Adaikan, Presiden-Elect ISSIR (International Society of Sexual and Impotence Research). Efek yang lama dari Cialis ini membuatnya.mendapat gelar "Pil Akhir Pekan" (The Week-End Pill).
Kelebihan tersebut dapat membantu proses pengobatan terapi pada pasien DE melalui spontanitas. Perasaan pasien dalam berhubungan intim menjadi lebih alami karena berkurangnya perasaan untuk tergesa-gesa, khawatir khasiat obatnya habis. Potensi ini dapat membuka jalan untuk pengembangan selanjutnya dari obat oral perawatan DE seperti halnya kondisi klinis seperfi hiperfensi.
Durasi waktu yang panjang dari Cialis, juga memiliki potensi untuk merugikan pasien. Contohnya bila pasien juga punya mosalah jantung dan hiperfensi, obat jantung dan obat hipertensinya akan kontraindikasi dengan Cialis sehingga ia harus menunggu efek obat habis baru mengonsumsi obat rutinnya.
Viagra mempunyai durasi kerjo 4 jam. Hasil survey menunjukkan bahwa rata-rata pasien cuma butuh 1 jam mulai dari berpikir sampai melakukan aktivitas seksual. Dan 9 dari 10 pria melakukan hubungan seksual hanya satu kali dalam sehari. Jadi durasi 36 jam terlalu lama untuk obat DE.
Mulai Kerja
Baik Levitra, Cialis dan Viagra memiliki mula kerja yang sama yaitu 30 menit. Artinya, obat tersebut akan mulai bekerja 30 menit setelah diminum. Tapi berdasarkan studi Padma Nathan pada tahun 2003, mula kerja Viagra yang tercepat adalah 14 menit yang dicapai 35 % pria.
Interaksi Bersama Makanan
Penyerapan Viagra akan terganggu jika Iambung penuh. Jadi, kurang lebih 2 jam setelah makan, barulah mengkonsumsi Viagra, sehingga efek yang dihasilkan akan menjadi maksimal. Sedangkan Levitra akan terganggu penyerapannya bila pasien mengonsumsi makanan tinggi lemak. Keunggulan Cialis, efektivitasnya tidak dipengaruhi oleh makanan.
Kontraindikasi Obat
Baik Viagra, Levitra dan Cialis dilarang keras dikonsumsi oleh pria yang tak boleh berhubungan seksual akibat penyakit jantung yang berat. Obat DE tak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan yang mengandung nitrat (obat jantung) dan alpha blocker (obat hiperfensi).
Dosis Obat
Dosis yang direkomendasikan untuk pemakaian Viagra adalah sebesar 50 mg dan jika dirasa kurang bisa ditingkatkan menjadi 100 mg dan sebaliknya bila terlalu kuat dosis bisa dikurangi menjadi 25 mg. Dengan dosis maksimal adalah 100 mg/hari. Lalu, dosis. sebesar 10 mg sampai maksimal 20 mg /hari. Sedangkan yang terkecil adalah dosis Levitra dengan sediaan 5 mg, 10 mg hingga 25 mg.
Apakah dosis terkait dengan efektivitas obat Menurut Shanti, molekul ketiga obat tidak sama sehingga terjadi perbedaan pada pemberian dosis. Lalu, ia mencontohkan perbedaan antara gula pemanis dengan pemanis buatan. "Tak bisa disamakan dong, takarannya berbeda untuk menghasilkan rasa manis yang sama," ucap Shanti.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar